Wellcome


Wellcome to Haranabu Chikanatsu Blog - Selamat Datang di Haranobu Chikanatsu Blog

Search

Showing posts with label TEGAL. Show all posts
Showing posts with label TEGAL. Show all posts

Saturday 3 January 2015

Tegal Laka laka - Bahasa Tegal yang Unik

Bahasa Jawa Tegal adalah sebuah dialek bahasa jawa yang dituturkan oleh warga Kota dan Kabupaten Tegal, sebagian wilayah Brebes dan Pemalang bagian barat, dengan jumlah penutur kurang lebih 3 Juta jiwa. dialek tegal merupakan kekayaan bahasa jawa yang umik, meskipun banyak orang menyamakan dialek tegal dengan dialek banyumasan ( ngapak banyumasan ), namun menurut saya ada banyak perbedaan antara ngapak banyumasan dengan ngapak tegal. misalkan saja pada kosakata yang memang berbeda.




Contoh Penggunaan bahasa Tegal:


Dakri : Koen pan maring endi, Mad? - Kamu mau kemana, mad?
Amad : Enyong Pan maring warnet, pan melu? - aku nau ke warnet, mau ikut?
Dakri  : Ning kana pan ngapa? - Disana mau ngapain?
Amad : Pan Dolanan Game online, sida melu ora? - Mau mainan game online, jadi ikut nggak?
Dakri : Ora wis, Nyong pan Ngerjakna PR. - Enggak deh, Aku mau ngerjain PR.


bahasa tegal mempunyai kosakata yang kadang membuat orang asing mungkin akan tertawa dan sedikit bingung ketika mendengarkannya. contohnya:

patingnjluwag    :     berantakan, tidak rapi sama sekali
njekutrut/njetathut  :   bisa diartikan cemberut
Januk/januka/dongene   :  harusnya..
tengkula/tengulah   :  bisa diartikan ......kok malah ( melakukan itu )
medodod/mecothot  : nyembul / keluar

ada pula beberapa kosakata yang sulit diterjemahkan, seperti
-gempalong
-nggedrel
-dadaha


Slang Tegal / Bahasa gaul Tegal

yanu ( nyong/aku ) - saya/aku
jasak ( bapa ) - bapak
jok ( mbok ) - ibu
nyikung ( nginung ) - minum
adik ( yarik ) - adik
balik ( jagin ) - pulang
kanca ( jakwir ) - teman




Ya kaya kuwe sedulur artikele nyong sing judule " Tegal Laka laka - Bahasa Tegal yang Unik"
Maskasih yaa, wis ngunjungi ning Haranobu Chikanatsu Blog. Tegal Info

Ya begitulah saudara Artikel saya yang berjudul " Tegal Laka laka - Bahasa Tegal yang Unik"
Terimakasih telah berkunjung  di Haranobu Chikanatsu. Tegal Info

Thursday 25 December 2014

Kumpulan Foto Tegal Jaman Dulu

Tegal adalah sebuah kota dipesisir utara pulau jawa letaknya kurang lebih 329 Km dari ibukota indonesia. tegal sebenarnya memiki banyak peninggalan jaman penjajahan belanda dulu, namun sudah banayak yang dihancurkan. tapi ada juga beberapa yang masih berdiri meskipun sudah bukan bentuk asalinya karena telah banyak direnovasi.

berikut ini adalah beberapa foto kota tegal pada zaman belanda dulu

Gedung birao ( SCS ) yang pernah digunakan Universitas Pancasakti Tegal




 Bangunan yang sekarang menjadi Kantor pos Tegal



Kapal bersandar di pelebuhan tegal



gambaran kondisi di persimpangan jl A yani Tegal



Sebelah kri gedung birao ( scs ) kanan Stasiun tegal tempo dulu



Waterledeng tower ( menara PDAM )



Foto pelabuhan tegal tempo doeloe




demikian beberapa foto kota tegal tempo doeloe yang saya kumpulkan dari google, terimakasih telah berkunjung. artikel tentang tegal lainnya:

1. Beberapa tempat wisata di Tegal yang patut dikunjungi
2. Penemuan situs purba di Hutan SEMEDO Tegal
3. Sejarah Teh Poci Tegal

Thursday 4 December 2014

Tempat Wisata alam di Kabupaten Tegal 2

5. Curug Putri - Bumujawa




Adalah sebuah air terjun di wilayah perbatasan sebelah selatan antara Tegal dan Brebes. Curug Putri merupakan aliran dari Sungai Kalipedes yang berhulu di Gunung Slamet. Curug Putri atau Air terjun ini memiliki ketinggian +- 25 meter memisahkan Desa Dukuhbenda, Bumijawa, Tegal yang merupakan wilayah Kabupaten tegal dengan desa Padanama Kecamatan Sirampog yang masuk ke wilayah Kabupaten Brebes. Sebelah timur curug ini adalah pedukuhan Dukuhtengah yang pada tahun 2008 mengalami longsor kelongsoran tanah tersebut mengakibatkan rusaknya jalan menuju pedukuhan tersebut.





6. Curug Pitu - Margsari



Curug Pitu yang ada di Margasari adalah salah satu wisata alam yang keadaannya masih alami. Jadi akses untuk kesana masih tergolong cukup sulit dan belum dikembangkan oleh dinas terkait. Curug adalah air terjun dan pitu adalah tujuh. Jadi air terjun yang berjumlah tujuh tingkat.

Wisata Curug Margasari berjarak sekitar 4,5 KM-an ke tenggara dari Pasar Margasari atau sekitar 2 jam perjalanan jika berjalan kaki. Perjalanan diawali dari Perempatan Pasar Margasari. Untuk menuju pasar Margasari, kita bisa menggunakan kendaraan umum seperti bis elf Tegal - Bumiayu atau bis AKDP Tegal - Purwokerto dengan tarif yang relatif terjangkau. Turun di Perempatan Pasar Margasari lalu berjalan ke arah selatan hingga ketemu SMP 1 Margasari ke timur hingga ketemu dengan Polsek Margasari.

Jika menggunakan sepeda motor, disarankan dititipkan ke Polsek tersebut dan sekalian lapor mengenai rencana ke Curug Pitu. Mengingat perjalanan cukup jauh, pastikan persiapan bekal dan tenaga yang cukup. Karena tidak ada kendaran umum yang menuju lokasi. Namun jika kita beruntung, kita bisa menumpang mobil warga yang kebetulan melintas.

Tantangan pertama adalah melewati sungai yang lumayan lebar. Karena belum adanya jembatan penyeberangan, pastikan tidak memaksakan menyeberang sungai ketika arus sedang deras. Setelah melalui sungai pertama, kita akan disuguhi pemandangan yang tidak kalah indah, yaitu deretan hutan jati yang ada disekeliling jalan. Jadi rasa capai pun akan sedikit berkurang karena asyik menikmati keindahan hutan ini.
Setelah hutan jati, kita akan meyeberang dan menyusuri sungai kembali dan bertemu dengan hutan jati kembali. Terus berjalan hingga bertemu dengan tempat periistirahatan yang berupa dam atau bendungan. Dari sini perjalanan akan mulai menanjak namun tidak terlalu curam. Namun yang perlu diperhatikan adalah daerah tersebut rawan longsor, jadi tetap waspada ya.

Untuk menuju ke curug, kita harus menanjak melawan air terjun. Ada sensasi tersendiri ketika menanjak, badan pegal menjadi hilang karena badan seperti dipijat-pijat oleh air terjun yang mengenai tubuh kita. Oh iya, antara terjun satu dengan terjun lainnya lumayan jauh letaknya. Jadi musti tetap bersabar dan hati-hati ya.




7. Pantai Suradadi

Pantai yang terletak di Desa Suradadi, Kecamatan Suradadi, Kabupaten Tegal. Salah satu pantai yang masih alami yang ada di Jalur Pantura Kabupaten Tegal. Dari Pantai Purwahamba Indah masih terus ke timur hingga menemui Kantor Polsek Suradadi (barat Pasar Suradadi) memanjang ke timur lagi hingga menemui sebuah jembatan besar. Sehingga jika ditarik garis lurus, Pantai Suradadi memiliki panjang sekitar 2,1 KM. Cukup luas bukan?

Pantai ini masih belum tersentuh oleh pembangunan sarana dan prasarana yang memadai untuk wisatawan. Sehingga kita hanya akan menemukan deretan rumah penduduk, kapal-kapal nelayan yang bersandar di tepi pantai. Pohon kelapa khas daerah pesisir pun tampak menjulang tinggi dan bergoyang diterpa angin. Tak lupa juga pohon bakau juga berjajar rapih di sepanjang pantai.

Suasana di pantai ini cukup nyaman cocok bagi yang menginginkan suasana yang tidak terlalu ramai, di sinilah tempatnya. Terlebih jika memiliki hobi fotografi, sun rise di Pantai Suradadi patut diancungi jempol, terlebih ketika cuaca sedang cerah.
Spot Pantai Suradadi yang menjadi favorit lokasinya berada di utara kantor Polsek Suradadi. Pantainya lebih bersih dan lebih tertata tentunya.

Namun sayangnya kepedulian pengunjung maupun warga masih kurang, karena di beberapa bagian pantai masih terlihat sampah yang berjejeran di tepi pantai. Terutama jika berada di sisi ujung timur pantai. Jika pantainya bersih, pasti lebih banyak lagi wisatawan yang mau datang

Wednesday 3 December 2014

Tempat Wisata alam di Kabupaten Tegal

1. Guci Indah



Guci Indah adalah Objek wisata yang berada di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal. Memiliki luas 210 Ha, terletak di kaki Gunung Slamet bagian utara dengan ketinggian kurang lebih 1.050 meter. Dari Kota Slawi berjarak ± 30 km, sedangkan dari Kota Tegal berjarak tempuh sekitar 40 km ke arah selatan.

Air yang mengalir dari pancuran-pancuran di obyek wisata ini dipercaya bisa menyembuhkan penyakit seperti rematik, koreng serta penyakit kulit lainnya, khususnya Pemandian Pancuran 13 yang memang memiliki pancuran berjumlah tiga belas buah.

Ada sekitar 10 air terjun yang terdapat di daerah Guci. Di bagian atas pemandian umum pancuran 13, terdapat air terjun dengan air dingin bernama Air Terjun Jedor. Dinamai begitu karena dulu tempat di sekitar air terjun setinggi 15 meter itu adalah milik seorang Lurah yang bernama Lurah Jedor. Untuk berkeliling di sekitar obyek wisata dapat dilakukan dengan menyewa kuda dengan tarif sewa yang relatif murah.
Fasilitas yang tersedia antara lain penginapan (kelas melati sampai berbintang), wisata hutan (wana wisata), kolam renang air panas, lapangan tennis, lapangan sepak bola, dan bumi perkemahan.



2. Waduk Cacaban



Waduk Cacaban adalah sebuah bendungan yang terletak di Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Indonesia. Luas areal waduk adalah 928,7 ha dan berisi air sebanyak 90 juta m³. Waduk ini didukung dengan latar belakang pemandangan hutan dengan panorama yang indah.

Waduk Cacaban diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1952. Waduk ini sebenarnya berfungsi mengairi sawah-sawah di sekitarnya, namun juga difungsikan sebagai obyek wisata. Letaknya tidak jauh dari Slawi, lebih kurang 9 km ke arah timur tepatnya di desa Karanganyar, Kecamatan Kedungbanteng, dan merupakan salah satu obyek wisata di daerah tersebut. Cacaban adalah objek wisata andalan di Kabupaten Tegal, selain Wisata Guci dan Pantai Purwahamba Indah. Wisatawan dapat menikmati suasana santai, dengan memancing ikan, jalan-jalan di atas bendungan ataupun dapat mengelilingi waduk dengan kapal motor. Adapun makanan khasnya adalah aneka ikan air tawar yang setiap saat tersedia.


3. Bukit Sitajung



Bukit Sitanjung adalah sebuah pernukitan yang terletak di kecamatan Lebaksiu kabupaten tegal. di situ mengalir sebuah sungai yang bernama sungai / Kali Gung yang bermata air dihulu Gunung Slamet yang mengalir sampai ke laut PAI (Pantai Alam Indah) di kota Tegal. kedalaman airnya hanya sampai setinggi lutut orang dewasa saja.Oleh masyarakat sekitar sungai atau kali ini dijadikan sebagai tempat penambangan pasir dan batu, yang dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. diatas nya terdapat jembatan sunglon, meskipun begitu pemandangan disungai itu tetap terjaga. sebab, tidak adanya sampah-sampah dan terutama limbah manusia.Selain itu, nama kali Gung ini juga digunakan oleh pemerintah sebagai salah satu nama alat transportasi yaitu kereta api ekonomi yang bernama kereta api Kali Gung, jurusan Tegal -Semarang.
Aliran sungai Kali gung begitu jernih dan deras, sehingga anda pastinya akan betah berlama-lama disana.



4. Purwahamba Indah (Pur In)



Pantai Purwahamba Indah / biasa disingkat Pur'in terletak dikecamatan Suradadi Kab Tegal.Di Pur’in kita bisa mendapati Kolam Renang Internasional, Waterboom, Sepeda Air, Kereta Mini, Kebun Binatang Mini, Taman Ria, Dermaga, Gazebo, Shelter, Ruang Pertemuan, Café, dan lain-lain. Jarak tempuh dari terminal bus Kota Tegal ± 14 Km ke arah Timur jurusan Pemalang-Pekalongan-Semarang. Dapat ditempuh dengan kendaraan umum, antara lain: bus, dan colt mini. Yang membuat unik adalah karena didepan pinti masuknya terdapat patung dinosaurus. 












Tuesday 2 December 2014

Sejarah Teh Poci Tegal dan Rasanya

SEJARAH TEH POCI 



Tegal, kota yang posisi geografisnya di dataran rendah, sebenarnya tidak memiliki perkebunan teh. Namun, tradisi minum teh di daerah ini sangat kental dibandingkan dengan di kota lain yang juga berada di pesisir utara Jawa Tengah. Teh poci yang kita kenal saat ini rupanya sudah mengalami perjalanan panjang sejak dari sebelum masa penjajahan. Meski dalam sejarah kerap dijelaskan bahwa komoditi teh masuk ke Indonesia dibawa oleh kolonial pada masa tanam paksa, rupanya sejarah tidak hanya berhenti di sana.

Teh poci adalah salah satu buktinya. Berasal dari Tegal, teh ini kini memang telah menyebar ke berbagai kota di Pulau Jawa - terutama Jawa Tengah. Menurut antropolog Pande Made Kutanegara dalam tegalkota.go.id, budaya minum teh di Tegal ini sendiri dibawa oleh imigran dari Cina yang menetap di Tegal. Pada masa itu, Tegal memang merupakan salah satu kota besar yang menjadi pusat perdagangan dan memiliki pelabuhan besar. Tak heran banyak pedagang Cina yang kemudian menetap di sana. Budaya minum teh dari Cina yang diserap oleh masyarakat Tegal sebenarnya sekilas tampak dari cara penyajian teh poci. Penggunaan poci yang terbuat dari tanah liat merupakan salah satu cara membuat teh yang dikembangkan oleh Cina di daerah Yixing pada masa Dinasti Ming, ketika penggunaan balok dan bubuk teh digantikan oleh daun teh. Bentuk gelasnya yang asli pun berbeda dengan cangkir pada umumnya.

Gelas di teh poci berbentuk seperti mangkuk kecil dan juga terbuat dari tanah liat. Di Cina, penggunaan gelas yang berbentuk mangkuk kecil ini rupanya memiliki fungsi tersendiri, yaitu menyatukan aroma teh dan langsung dapat tercium oleh hidung. Otomatis ini menambah rasa dari teh itu sendiri. Seperti asalnya, di Tegal teh poci juga dibuat dengan cara memasukkan daun teh ke dalam poci, memenuhinya dengan air panas, dan menunggunya hingga aroma teh keluar. Namun untuk teh poci, biasanya dinikmat dengan gula batu yang disajikan di gelas-gelasnya sebagai pemanis.

Ada kepercayaan bahwa setelah menggunakannya untuk menyajikan teh, bagian dalam poci tidak pernah dicuci bersih, hanya dibuang daunnya. Menurut mereka, semakin tebal lapisan keraknya akan memberikan rasa yang semakin nikmat. Untuk rasa, teh poci tidak memiliki rasa yang sama dengan rasa teh Cina. Ini ada hubungannya dengan kehadiran kolonial dan sistem tanam paksanya. Ketika daerah Tegal dan sekitarnya digunakan untuk perkebunan teh, kolonial mengirim hasil teh yang berkualitas tinggi ke negaranya dan sisanya yang berkualitas rendah tidak digunakan. Daun-daun teh yang tidak terpakai ini digunakan oleh masyarakat untuk membuat teh. Kondisi itu membentuk selera konsumsi orang Tegal terhadap teh.

Dalam perkembangannya, teh di Tegal kemudian diolah dengan aroma bunga melati agar lebih enak dinikmati. Sejarah boleh membentuk selera. Yang jelas, selera terhadap cita rasa teh yang agak sepet itu justru membuka peluang bagi pengusaha untuk membuka pabrik teh di Tegal. Sekarang ini di Tegal ada empat pabrik teh besar yang menguasai pasar dalam negeri, yaitu teh 2 Tang, Teh Poci, Teh Tong Tji, dan Teh Gopek. Keempat pabrik teh itu berdiri hampir bersamaan, yaitu sekitar tahun 1940-an.

Kehadiran empat pabrik teh di Tegal, menurut Eko Handoko (34), generasi ketiga pemilik teh 2 Tang, karena posisi Tegal dekat dengan Pekalongan yang menjadi daerah perkebunan melati. Sebagian besar teh yang diproses di Tegal adalah teh beraroma bunga melati. Di wilayah Tegal sendiri sekarang sudah ada perkebunan bunga melati yang dikelola oleh masyarakat, yaitu di Desa Suradadi dan Sidoharjo.


Citra Tegal sebagai kota teh dimanfaatkan oleh keempat pabrik teh tersebut untuk berebut memasang logo pabrik mereka di setiap rumah makan. Sepanjang pengamatan, tidak ada warung makan yang tidak memasang logo teh 2 Tang, Teh Poci, Teh Tong Tji, atau Teh Gopek di warungnya. Bagi orang Tegal, teh bukan sekadar bahan baku untuk membuat minuman, melainkan juga memiliki fungsi lain, salah satunya adalah sebagai cendera mata. Ketika seseorang menggelar hajatan, bubuk teh dalam kemasan kecil, yaitu sebesar kotak korek api, dibagikan kepada tamu sebagai kenang-kenangan. Itulah bentuk cinta orang Tegal terhadap teh.


Saturday 29 November 2014

Situs Semedo, Penemuan Terbaru Dunia Purba

Situs Semedo merupakan situs manusia purba yang relatif baru ditemukan. Secara administratif situs ini terletak di Desa Semedo, kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal, Propensi Jawa Tengah.


Situs ini mulai dikenal sejak tahun 2005, ketika beberapa orang penduduk Desa Semedo – Dakri, Duman, Sunardi, Anshori – menemukan fosil-fosil binatang vertebrata di kawasan hutan Semedo, kemudian LSM Gerbang Mataram mengekspos temuan fosil-fosil binatang vertebrata dari hutan Semedo ke media cetak dan elektronik. Selanjutnya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tegal melaporkan temuan tersebut kepada Bupati Tegal, dan meminta kepada Balai Arkeologi Yogyakarta untuk melakukan penelitian. Mengingat temuan tersebut sangat penting dan dapat memberikan gambaran mengenai evolusi fauna dan lingkungan purba pada Kala Plestosen, khususnya di Kabupaten Tegal, maka Balai Arkeologi Yogyakarta segera melakukan peninjauan ke lokasi penemuan guna melakukan identifikasi temuan dan pengelolaan situs ke depannya.

Secara umum, hasil-hasil penelitian di Situs Semedo yang pernah dilakukan oleh BPSMP SANGIRAN dan Balai Arkeologi Yogyakarta hingga tahun 2013 antara lain :

a. Cakupan wilayah: distribusi lateral Situs Semedo mencakup wilayah sekitar 2,5 kilometer persegi, yang apabila dilakukan penelitian yang intensif lagi dapat mencakup wilayah yang lebih luas lagi.

b. Hasil pengamatan stratigrafi di daerah penelitian menunjukkan 2 komponen utama perlapisan batuan, yaitu lapisan tegalan yang secara intensif merupakan lapisan tanah hasil pelapukkan batuan dan batuan induk berupa lapisan pasir lateritik berwarna coklat kekuningan, keras, kompak.

c. Paleontologi: jenis-jenis fauna yang telah teridentifikasi meliputi Elephantidae (gajah purba), Bovidae (kerbau, sapi, banteng), Cervidae (sejenis rusa), Rhinoceros sp (badak), Suidae (babi), Hippopotamus sp (kuda nil), Canidae, Felidae, Hyaenidae, Chelonidae (penyu), Crocodilidae (buaya), dan Lamnidae (ikan hiu), kemudian sisa avertebrata meliputi phylum Ceolenterata, Echinodermata, dan moluska.

d. Arkeologi: telah ditemukan himpunan artefak litik di Situs Semedo berupa alat batu massif dan non-massif. Alat batu massif terdiri dari kapak penetak (chopping), kapak perimbas (chopper), kapak genggam (hand axe), batu berfaset (polyhedral), batu inti (core), dan batu pukul (percutor), sedangkan alat batu non-massif berupa alat serpih, serpih, serut, gurdi, serpihan non-intensional (analis: Indah Asikin Nurani, dan Sofwan Nurwidi). Bahan koral kersikan ini hanya ditemukan di Situs Semedo dan menjadi ciri utama situs ini, karena disitus-situs paleolitik yang lain belum pernah ditemukan bahan alat dari koral kersikan.

e. Paleoantropologi: telah ditemukan atap tengkorak Homo erectus dari awal Plestosen Tengah yang diperkirakan berumur 700.000 ribu tahun yang lalu, namun belum diketahui lokasi pengendapan aslinya.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dikatakan bahwa Situs Semedo adalah situs Kala Plestosen baru yang mampu menunjukkan potensi luar biasa bagi pemahaman evolusi lingkungan, fauna, manusia purba pada Kala Plestosen di Jawa.


(Source : kemendikbud)


PERBUKITAN Semedo terhampar sekitar 2,5 kilometer di  baratdaya Desa Semedo. Di sanalah ragam fosil ditemukan. Situs itu berada di area terbuka hutan pohon jati antara desa dan bukit setinggi 148 meter di atas permukaan laut.

Area hutan itu masuk wilayah Perhutani Pemalang. Dalam perjalanan menuju ke lokasi itu, kita disuguhi pemandangan tegal yang ditanami tebu serta hamparan perbukitan di sisi selatan jalan. Jalan menuju ke sana masih diperbaiki.

Area perbukitan di semeedo memang tak tampak terikat dalam rentang sejarah evolusi manusia Jawa yang panjang. Namun jika merunut ke situs Sangiran dan fisiografi Pulau Jawa, Semedo merupakan bagian paling barat dari jajaran Pegunungan Serayu Utara dan daerah batas dengan jajaran Bogor, Jawa Barat. Daerah itu terdorong ke atas oleh gerakan geosinklinal Jawa bagian utara dan setelah melewati Kala Plestosen Bawah sekitar 1,8 juta tahun lalu tertutup endapan vulkanik.

Ada kemungkinan, bersama Cijulang, Prupuk, Bumiayu, dan Ajibarang, kawasan Semedo merupakan batas Pulau Jawa bagian timur pada akhir Kala Pliosen, ketika Jawa Tengah dan Jawa Barat masih berada di bawah laut sekitar 2,4 juta tahun lalu.
Gambaran itu menjelaskan, Semedo adalah ladang kehidupan bersejarah. Kini, Semedo terbuka luas bagi para peneliti dalam dan luar negeri untuk mengkaji lebih lanjut. Semedo siap menjadi laboratorium arkeologi dunia. Masih banyak misteri tersimpan di perbukitan Semedo.

Semedo merupakan nama desa sekaligus perbukitan yang menyatu dengan Pegunungan Serayu Utara di Kecamatan Kedungbanteng, 30 kilometer sebelah timur kota Slawi atau 20 kilometer dari Suradadi, Kabupaten Tegal. Semedo semula hanya sebuah desa biasa. Sebagian besar penduduknya petani. Mereka membuka lahan perbukitan untuk bercocok tanam. Tahun 2005, Dakri (58), petani dan pencari kayu bakar dari Semedo, menemukan batu menyerupai tulang seperti kaki gajah. Dia menempatkan batu itu sebagai hiasan di teras rumah. "Setelah itu makin banyak yang menemukan batuan berbentuk tulang di Semedo," kata Dakri.

Penduduk yang menemukan fosil sejenis antara lain Duman, Sunardi, dan Ansori. Dakri menuturkan saat menemukan tulang-belulang mereka tak tahu itu fosil. Tulang-belulang itu berat dan besar.
Makin hari kian banyak tulang ditemukan. Tulang yang diyakini sebagai fosil binatang purba itu digeletakkan begitu saja di sekitar rumah mereka. Mei 2011 ditemukan fosil manusia purba jenis <I>Homo Erectus<P>. Dakri menemukan fosil itu di aliran Sungai Kawi, Semedo. Fosil yang ditemukan berupa kepingan tengkorak, yang diperkirakan sisa peninggalan Kala Pleistosen Tengah 700.000 tahun lalu. Ditemukan pula fosil binatang purba seperti tulang gajah, babi, macan, dan ikan hiu.

Fosil-fosil itu diperkirakan dari binatang purba, seperti Mastodon sp, Stegodon sp, Elephas sp (gajah purba), Rhinoceros sp (badak), Hippopotamus sp (kuda nil), Cervidas (sejenis rusa), Suidae (sejenis babi), Bovidae (sapi, kerbau, banteng), yang hidup antara 1,2 juta dan 0,4 juta tahun lalu di Semedo.
Melengkapi temuan fosil, di lokasi tersebut juga ditemukan kapak penetak (chopping tool), serpih (flake), serut (scrapper), tatal/limbah (ebris). Ada juga batu yang digunakan sebagai alat, antara lain jenis batu rijang (chert), batu gamping kersikan (silisifide limestone), dan batu kalsedon.

Penemuan itu tentu menguatkan bahwa Semedo dulu tak hanya ditinggali binatang purba, tetapi hidup juga manusia purba. Bukit itu pun menjadi bukti nyata ada leluhur manusia pada zaman dahulu. Temuan itu menjadi bahan penelitian untuk mengungkap kehidupan manusia purba yang berperadaban tinggi dengan bukti alat berburu yang tergolong modern pada zamannya.




RENCANA PEMBANGUNAN SITUS SEMEDO

Museum manusia purba Semedo di Desa Semedo, Kacamatan Kedung Banteng, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah, akan dibangun pada 2015. Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Tegal membangun museum itu di atas tanah seluas 1,5 hektar dengan anggaran Rp 5 miliar.

Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Harry Widianto mengatakan, fosil yang ditemukan di Semedo mencapai ribuan dan artefak sekitar 400 buah. Fosil dan artefak itu sudah saatnya dipajang di museum yang layak sehingga dapat bercerita dan terpelihara.

Fosil dan artefak di Semedo ditemukan sejak tahun 2005. Warga terus menemukan jejak manusia purba. Beberapa hari lalu, warga menemukan rahang babi hutan. Untuk sementara, koleksi itu ditampung di rumah Dakhri, salah seorang warga di Semedo.

Persebaran manusia purba

Dalam buku Nafas Sangiran Nafas Situs Semedo (2011), Harry menuliskan, situs dengan diameter mencapai 3,5 kilometer itu menggambarkan persebaran manusia purba di wilayah barat Jawa Tengah. Semedo merupakan bagian paling barat dari jajaran pegunungan Serayu Utara dan merupakan daerah batas dengan jajaran Bogor di Jawa Barat.

Daerah itu terdorong ke atas oleh gerakan geosinklinal Pulau Jawa bagian utara yang setelah melewati Kala Plestosen Bawah sekitar 1,8 juta tahun lalu lantas tertutup endapan vulkanik.

Sebelum ditemukan fosil di Semedo pada 2005, orang mengenal manusia purba Homo erectus hanya ada di wilayah timur Jawa Tengah dan Jawa Timur, seperti Sangiran, Trinil, dan Trowulan. Pada 2011, ditemukan tengkorak di daerah Semedo. Fauna yang ditemukan pun menunjukkan usia sangat tua, melebihi yang ada di Sangiran.

Yusuf Efendi, pamong budaya Kemdikbud di Kabupaten Tegal, mengatakan, dunia harus berterima kasih kepada para penemu fosil di Semedo, yakni Dakhri, Duman, Sunardi, dan Ansori. Mereka yang mulanya menemukan fosil dan artefak pada 2005 saat mencari kayu bakar di bukit Semedo. Dakhri pula yang menemukan tengkorak Homo erectus pada 2011.



(sumber gambar dari google)



Tanggapan saya

Tentunya saya sebagai warga tegal merasa bangga dengan adanya situs semedo ini, karena disaat para ilmuan dunia kebingungan mencari data untuk penelitian selanjutnya. Tegal dengan hadirnya Semedo ini menjadi tujuan penelitian ilmuan dari seluruh dunia. Saya berharap semoga pembangunan situs ini lancar dan dengan hadirnya Situs semdo ini semoga bisa bermanfaat untuk warga Tegal khususnya. dan Warga Negara Indonesia pada umumnya.

Sunday 17 February 2013

SEJARAH KOTA TEGAL

Tegal adalah sebuah kota di Kabupaten Tegal , Indonesia . Hal ini terletak di pantai utara Jawa Tengah sekitar seratus kilometer dari Cirebon . Meskipun kota Tegal merupakan yang terbesar di Kabupaten, Slawi , sekitar dua belas kilometer selatan, adalah suburban nya.
Bersama dengan kota dekat Pekalongan , kira-kira lima puluh kilometer timur, Tegal adalah tempat asal-usul Hindia Belanda kolonial gula industri, dan kabupaten tetap merupakan pusat utama produksi gula sampai pertengahan abad ke-20.  Kota menjabat sebagai port untuk mengekspor gula diproduksi di perkebunan terdekat. Tegal terkenal dengan warung-nya, biasa disebut "Warteg" atau warung Tegal. Ia juga dikenal untuk produk-produk teh (yaitu dengan Teh Botol sosro, yang Tji tong, bau 2, gopek, dll)

Sejarah Kota Tegal

Kota Tegal merupakan perwujudan dari sebuah desa kecil bernama "Tetegual". Modernisasi desa dimulai pada awal 1530-an, ketika akhirnya menjadi bagian dari Kabupaten Pemalang daerah yang mengakui keberadaan Kesultanan Pajang di Jawa Tengah . Kekaisaran Pajang penerus Kesultanan Demak , yang didirikan oleh turunannya.
Kota ini dibangun oleh Ki Gede Sebayu. Bersama dengan penduduk setempat, ia terinspirasi untuk meningkatkan sektor pertanian di wilayah ini karena kesuburan tanahnya. Karena usaha untuk mengembangkan wilayah tersebut dan untuk menyebarkan iman, segera ia menjadi pemimpin tinggi dan simbol kota. penobatan Nya sebagai pemimpin diselenggarakan bersama dengan sebuah festival tradisional setelah panen pertanian besar. Sesuai dari peraturan daerah no. 5 / 1988, 28 Juli adalah hari ulang tahun kota Tegal
Di tahun 1920, kota ini menjadi pusat Partai Komunis Indonesia (PKI) aktivisme, dan para pemimpin radikal PKI cabang Tegal adalah antara penghasut pemberontakan 1926 yang menyebabkan kerusakan sementara partai itu.
Pada tanggal 8 Oktober, 1945 anti-"Swapraja", atau anti-feodalisme, gerakan yang disebut Gerakan Tiga Kawasan / "Gerakan Tiga Daerah" didirikan di Tegal, Pekalongan, dan Brebes. Tujuan dari gerakan ini adalah untuk menggantikan bupati darah biru (terkait dengan raja-raja dari Yogyakarta dan Surakarta ) dengan orang-orang biasa. Menurut para pemimpin gerakan ini, bupati tua itu bekerja sama dengan Jepang selama Perang Dunia II dan mengirim orang ke kamp-kamp kerja budak Jepang.
Pemimpin utama gerakan ini adalah Sarjiyo yang menjadi bupati Pekalongan yang baru. Pemimpin lain dari gerakan ini adalah Kutil, K. Mijaya dan Ir. Sakirman. Ir Sakirman adalah pemimpin lokal Partai Komunis Indonesia (PKI). Bupati tua ditangkap, ditelanjangi, dan diseret ke dalam penjara. pejabat pemerintah lainnya dan polisi diculik dan dibantai di jembatan Talang, Tegal. Gerakan ini juga mulai kerusuhan rasial terhadap etnis Cina di Brebes .
Pemerintah Republik Indonesia (RI) di Yogyakarta tidak setuju dengan gerakan ini dan menyatakan itu ilegal.
Pada tanggal 4 November 1945, gerakan ini menyerang markas tentara Indonesia dan kantor bupati di Pekalongan. Para pemberontak dikalahkan oleh tentara Indonesia dalam pertempuran sengit pada tanggal 21 Desember 1945. Kebanyakan para pemimpin gerakan ini ditangkap dan dilemparkan ke dalam penjara. Pemberontakan ini disebut Tiga Kawasan Affair.
Selama kerusuhan menyusul pengunduran diri Presiden Suharto pada tahun 1998, Tegal adalah tempat protes luas, dan kekerasan kadang-kadang, terhadap pejabat pemerintah daerah, terutama pada bulan Juni 1998.

Bahasa Tegal

Tegal memiliki bahasa sendiri yang dikenal sebagai Bahasa Tegal. Beberapa komedian Indonesia berbicara Bahasa Tegal karena logat lucu dan dialek. Mereka menyapa orang lain "Bagaimana kabarmu?" oleh "Kepriben kabare?"
Logat Tegal
Ini adalah praktek umum untuk panggilan 'Jon', 'Jack' atau 'Jakwir' untuk teman-teman mereka di Tegal. Ayah adalah 'Jasak' dan ibu adalah 'Jok'. Saudara muda adalah 'Yarig' dan saudara besar adalah 'Sahang' dan etc.
Dan banyak lagi hanya dipahami oleh 'Ortega' / Orang asli. tegal unik dari yang lain, pengaruh bahasa Arab untuk bahasa Tegal . Contoh: hatta, Walad, khoir, Ahlan wa sahlan, bakhil, majenun dll

Tempat menarik dan Bangunan di Tegal

Gunung Guci, air terjun belerang alami untuk penyembuhan penyakit kulit banyak
Pantai Alam Indah (PAI), pantai terkenal di Tegal
Alun-alun Tegal, yang terletak di depan Mesjid Agung Tegal (masjid)
Pasar Pagi Tegal, pasar terbesar di Tegal
Makanan terbaik untuk dicoba: sate kambing muda, poci itu, nasi Lengko
Tempat terbaik untuk makan: Pondok Makan Jalan teri (pokanjari), Jalan A Yani wilayah (di malam hari), Restoran di PAI, restoran Miraos, restoran Pi'an, Sate Ayam Marganda, dll
Pasar Burung di Pasar Senggol sebelah Alun-alun wilayah
Taman Poci: Taman kecil dengan taman bermain anak-anak dan area piknik terletak di depan Stasiun Kereta, disajikan dengan menjual makanan yang eksotik kioks Tegal dan terkenal The Poci
Tegal Train Station, menghubungkan banyak kota besar lainnya di Jawa

Tuesday 29 January 2013

[FOTO] panorama Tegal

Tegal adalah salah satu kota di jawa tengah yang berbatasan dengan pemalang disebelah timur, brebes disebelah barat, gunung slamet disebelah selatan, serta laut jawa disebelah utara.



jalan samanhudi - slawi

 


pantai alam indah (PAI)



 pintu masuk alun2 tegal



gunung slamet dilihat dari tegal



pelabuhan tegal



procot slawi



 dari atas pacific mall



masjid agung tegal




bendungan ekoproyo




gerbang masuk kota tegal



perempatan kardinah



alun alun tegal




tirus - debong - tegal



dari atas rita mall



dari atas menara PDAM



gili tugel




sebuah jalan di terminal tegal


Populer Minggu Ini