5. Curug Putri - Bumujawa
Adalah sebuah air terjun di wilayah perbatasan sebelah selatan antara Tegal dan Brebes. Curug Putri merupakan aliran dari Sungai Kalipedes yang berhulu di Gunung Slamet. Curug Putri atau Air terjun ini memiliki ketinggian +- 25 meter memisahkan Desa Dukuhbenda, Bumijawa, Tegal yang merupakan wilayah Kabupaten tegal dengan desa Padanama Kecamatan Sirampog yang masuk ke wilayah Kabupaten Brebes.
Sebelah timur curug ini adalah pedukuhan Dukuhtengah yang pada tahun
2008 mengalami longsor kelongsoran tanah tersebut mengakibatkan rusaknya
jalan menuju pedukuhan tersebut.
6. Curug Pitu - Margsari
Curug Pitu yang ada di Margasari adalah salah satu wisata alam yang
keadaannya masih alami. Jadi akses untuk kesana masih tergolong cukup
sulit dan belum dikembangkan oleh dinas terkait. Curug adalah air terjun
dan pitu adalah tujuh. Jadi air terjun yang berjumlah tujuh tingkat.
Wisata Curug Margasari berjarak sekitar 4,5 KM-an ke tenggara dari
Pasar Margasari atau sekitar 2 jam perjalanan jika berjalan kaki.
Perjalanan diawali dari Perempatan Pasar Margasari. Untuk menuju pasar
Margasari, kita bisa menggunakan kendaraan umum seperti bis elf Tegal -
Bumiayu atau bis AKDP Tegal - Purwokerto dengan tarif yang relatif
terjangkau. Turun di Perempatan Pasar Margasari lalu berjalan ke arah
selatan hingga ketemu SMP 1 Margasari ke timur hingga ketemu dengan
Polsek Margasari.
Jika menggunakan sepeda motor, disarankan dititipkan ke Polsek
tersebut dan sekalian lapor mengenai rencana ke Curug Pitu. Mengingat
perjalanan cukup jauh, pastikan persiapan bekal dan tenaga yang cukup.
Karena tidak ada kendaran umum yang menuju lokasi. Namun jika kita
beruntung, kita bisa menumpang mobil warga yang kebetulan melintas.
Tantangan pertama adalah melewati sungai yang lumayan lebar. Karena
belum adanya jembatan penyeberangan, pastikan tidak memaksakan
menyeberang sungai ketika arus sedang deras. Setelah melalui sungai
pertama, kita akan disuguhi pemandangan yang tidak kalah indah, yaitu
deretan hutan jati yang ada disekeliling jalan. Jadi rasa capai pun akan
sedikit berkurang karena asyik menikmati keindahan hutan ini.
Setelah hutan jati, kita akan meyeberang dan menyusuri sungai kembali
dan bertemu dengan hutan jati kembali. Terus berjalan hingga bertemu
dengan tempat periistirahatan yang berupa dam atau bendungan. Dari sini
perjalanan akan mulai menanjak namun tidak terlalu curam. Namun yang
perlu diperhatikan adalah daerah tersebut rawan longsor, jadi tetap
waspada ya.
Untuk menuju ke curug, kita harus menanjak melawan air terjun. Ada
sensasi tersendiri ketika menanjak, badan pegal menjadi hilang karena
badan seperti dipijat-pijat oleh air terjun yang mengenai tubuh kita. Oh
iya, antara terjun satu dengan terjun lainnya lumayan jauh letaknya.
Jadi musti tetap bersabar dan hati-hati ya.
7. Pantai Suradadi
Pantai yang terletak di Desa Suradadi, Kecamatan Suradadi,
Kabupaten Tegal. Salah satu pantai yang masih alami yang ada di Jalur
Pantura Kabupaten Tegal. Dari Pantai Purwahamba Indah
masih terus ke timur hingga menemui Kantor Polsek Suradadi (barat Pasar
Suradadi) memanjang ke timur lagi hingga menemui sebuah jembatan besar.
Sehingga jika ditarik garis lurus, Pantai Suradadi memiliki panjang
sekitar 2,1 KM. Cukup luas bukan?
Pantai ini masih belum tersentuh oleh pembangunan sarana dan
prasarana yang memadai untuk wisatawan. Sehingga kita hanya akan
menemukan deretan rumah penduduk, kapal-kapal nelayan yang bersandar di
tepi pantai. Pohon kelapa khas daerah pesisir pun tampak menjulang
tinggi dan bergoyang diterpa angin. Tak lupa juga pohon bakau juga
berjajar rapih di sepanjang pantai.
Suasana di pantai ini cukup nyaman cocok bagi yang menginginkan
suasana yang tidak terlalu ramai, di sinilah tempatnya. Terlebih jika
memiliki hobi fotografi, sun rise di Pantai Suradadi patut diancungi jempol, terlebih ketika cuaca sedang cerah.
Spot Pantai Suradadi yang menjadi favorit lokasinya berada di utara
kantor Polsek Suradadi. Pantainya lebih bersih dan lebih tertata
tentunya.
Namun sayangnya kepedulian pengunjung maupun warga masih kurang,
karena di beberapa bagian pantai masih terlihat sampah yang berjejeran
di tepi pantai. Terutama jika berada di sisi ujung timur pantai. Jika
pantainya bersih, pasti lebih banyak lagi wisatawan yang mau datang
Search
Thursday, 4 December 2014
Wednesday, 3 December 2014
Tempat Wisata alam di Kabupaten Tegal
1. Guci Indah
Guci Indah adalah Objek wisata yang berada di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal. Memiliki luas 210 Ha, terletak di kaki Gunung Slamet bagian utara dengan ketinggian kurang lebih 1.050 meter. Dari Kota Slawi berjarak ± 30 km, sedangkan dari Kota Tegal berjarak tempuh sekitar 40 km ke arah selatan.
Air yang mengalir dari pancuran-pancuran di obyek wisata ini dipercaya bisa menyembuhkan penyakit seperti rematik, koreng serta penyakit kulit lainnya, khususnya Pemandian Pancuran 13 yang memang memiliki pancuran berjumlah tiga belas buah.
Ada sekitar 10 air terjun yang terdapat di daerah Guci. Di bagian atas pemandian umum pancuran 13, terdapat air terjun dengan air dingin bernama Air Terjun Jedor. Dinamai begitu karena dulu tempat di sekitar air terjun setinggi 15 meter itu adalah milik seorang Lurah yang bernama Lurah Jedor. Untuk berkeliling di sekitar obyek wisata dapat dilakukan dengan menyewa kuda dengan tarif sewa yang relatif murah.
Fasilitas yang tersedia antara lain penginapan (kelas melati sampai berbintang), wisata hutan (wana wisata), kolam renang air panas, lapangan tennis, lapangan sepak bola, dan bumi perkemahan.
2. Waduk Cacaban
Waduk Cacaban adalah sebuah bendungan yang terletak di Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Indonesia. Luas areal waduk adalah 928,7 ha dan berisi air sebanyak 90 juta m³. Waduk ini didukung dengan latar belakang pemandangan hutan dengan panorama yang indah.
Waduk Cacaban diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1952. Waduk ini sebenarnya berfungsi mengairi sawah-sawah di sekitarnya, namun juga difungsikan sebagai obyek wisata. Letaknya tidak jauh dari Slawi, lebih kurang 9 km ke arah timur tepatnya di desa Karanganyar, Kecamatan Kedungbanteng, dan merupakan salah satu obyek wisata di daerah tersebut. Cacaban adalah objek wisata andalan di Kabupaten Tegal, selain Wisata Guci dan Pantai Purwahamba Indah. Wisatawan dapat menikmati suasana santai, dengan memancing ikan, jalan-jalan di atas bendungan ataupun dapat mengelilingi waduk dengan kapal motor. Adapun makanan khasnya adalah aneka ikan air tawar yang setiap saat tersedia.
3. Bukit Sitajung
Bukit Sitanjung adalah sebuah pernukitan yang terletak di kecamatan Lebaksiu kabupaten tegal. di situ mengalir sebuah sungai yang bernama sungai / Kali Gung yang bermata air dihulu Gunung Slamet yang mengalir sampai ke laut PAI (Pantai Alam Indah) di kota Tegal. kedalaman airnya hanya sampai setinggi lutut orang dewasa saja.Oleh masyarakat sekitar sungai atau kali ini dijadikan sebagai tempat penambangan pasir dan batu, yang dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. diatas nya terdapat jembatan sunglon, meskipun begitu pemandangan disungai itu tetap terjaga. sebab, tidak adanya sampah-sampah dan terutama limbah manusia.Selain itu, nama kali Gung ini juga digunakan oleh pemerintah sebagai salah satu nama alat transportasi yaitu kereta api ekonomi yang bernama kereta api Kali Gung, jurusan Tegal -Semarang.
Aliran sungai Kali gung begitu jernih dan deras, sehingga anda pastinya akan betah berlama-lama disana.
4. Purwahamba Indah (Pur In)
Pantai Purwahamba Indah / biasa disingkat Pur'in terletak dikecamatan Suradadi Kab Tegal.Di Pur’in kita bisa mendapati Kolam Renang Internasional, Waterboom, Sepeda Air, Kereta Mini, Kebun Binatang Mini, Taman Ria, Dermaga, Gazebo, Shelter, Ruang Pertemuan, Café, dan lain-lain. Jarak tempuh dari terminal bus Kota Tegal ± 14 Km ke arah Timur jurusan Pemalang-Pekalongan-Semarang. Dapat ditempuh dengan kendaraan umum, antara lain: bus, dan colt mini. Yang membuat unik adalah karena didepan pinti masuknya terdapat patung dinosaurus.
Guci Indah adalah Objek wisata yang berada di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal. Memiliki luas 210 Ha, terletak di kaki Gunung Slamet bagian utara dengan ketinggian kurang lebih 1.050 meter. Dari Kota Slawi berjarak ± 30 km, sedangkan dari Kota Tegal berjarak tempuh sekitar 40 km ke arah selatan.
Air yang mengalir dari pancuran-pancuran di obyek wisata ini dipercaya bisa menyembuhkan penyakit seperti rematik, koreng serta penyakit kulit lainnya, khususnya Pemandian Pancuran 13 yang memang memiliki pancuran berjumlah tiga belas buah.
Ada sekitar 10 air terjun yang terdapat di daerah Guci. Di bagian atas pemandian umum pancuran 13, terdapat air terjun dengan air dingin bernama Air Terjun Jedor. Dinamai begitu karena dulu tempat di sekitar air terjun setinggi 15 meter itu adalah milik seorang Lurah yang bernama Lurah Jedor. Untuk berkeliling di sekitar obyek wisata dapat dilakukan dengan menyewa kuda dengan tarif sewa yang relatif murah.
Fasilitas yang tersedia antara lain penginapan (kelas melati sampai berbintang), wisata hutan (wana wisata), kolam renang air panas, lapangan tennis, lapangan sepak bola, dan bumi perkemahan.
2. Waduk Cacaban
Waduk Cacaban adalah sebuah bendungan yang terletak di Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Indonesia. Luas areal waduk adalah 928,7 ha dan berisi air sebanyak 90 juta m³. Waduk ini didukung dengan latar belakang pemandangan hutan dengan panorama yang indah.
Waduk Cacaban diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1952. Waduk ini sebenarnya berfungsi mengairi sawah-sawah di sekitarnya, namun juga difungsikan sebagai obyek wisata. Letaknya tidak jauh dari Slawi, lebih kurang 9 km ke arah timur tepatnya di desa Karanganyar, Kecamatan Kedungbanteng, dan merupakan salah satu obyek wisata di daerah tersebut. Cacaban adalah objek wisata andalan di Kabupaten Tegal, selain Wisata Guci dan Pantai Purwahamba Indah. Wisatawan dapat menikmati suasana santai, dengan memancing ikan, jalan-jalan di atas bendungan ataupun dapat mengelilingi waduk dengan kapal motor. Adapun makanan khasnya adalah aneka ikan air tawar yang setiap saat tersedia.
3. Bukit Sitajung
Bukit Sitanjung adalah sebuah pernukitan yang terletak di kecamatan Lebaksiu kabupaten tegal. di situ mengalir sebuah sungai yang bernama sungai / Kali Gung yang bermata air dihulu Gunung Slamet yang mengalir sampai ke laut PAI (Pantai Alam Indah) di kota Tegal. kedalaman airnya hanya sampai setinggi lutut orang dewasa saja.Oleh masyarakat sekitar sungai atau kali ini dijadikan sebagai tempat penambangan pasir dan batu, yang dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. diatas nya terdapat jembatan sunglon, meskipun begitu pemandangan disungai itu tetap terjaga. sebab, tidak adanya sampah-sampah dan terutama limbah manusia.Selain itu, nama kali Gung ini juga digunakan oleh pemerintah sebagai salah satu nama alat transportasi yaitu kereta api ekonomi yang bernama kereta api Kali Gung, jurusan Tegal -Semarang.
Aliran sungai Kali gung begitu jernih dan deras, sehingga anda pastinya akan betah berlama-lama disana.
4. Purwahamba Indah (Pur In)
Pantai Purwahamba Indah / biasa disingkat Pur'in terletak dikecamatan Suradadi Kab Tegal.Di Pur’in kita bisa mendapati Kolam Renang Internasional, Waterboom, Sepeda Air, Kereta Mini, Kebun Binatang Mini, Taman Ria, Dermaga, Gazebo, Shelter, Ruang Pertemuan, Café, dan lain-lain. Jarak tempuh dari terminal bus Kota Tegal ± 14 Km ke arah Timur jurusan Pemalang-Pekalongan-Semarang. Dapat ditempuh dengan kendaraan umum, antara lain: bus, dan colt mini. Yang membuat unik adalah karena didepan pinti masuknya terdapat patung dinosaurus.
Foto Musim Dingin di Jepang
Ohayou gozaimasu
Menyambut Musim Salju di Jepang admin akan share beberapa foto foto musim salju
FUYU ( MUSIM DINGIN ) 冬 ; ふゆ
Ditandai dengan turunnya butir-
butir salju pertama di awal
Desember.
Di beberapa daerah
seperti Hokkaido di utara, suhu udara bisa mencapai -20 derajat celcius. Rata-rata aktivitas orang-
orang Jepang di musim dingin ini, adalah bermain ski, snowboard, dan es skating. Serta ONSEN / hot spring (Pemandian air panas). Musim dingin atau fuyu merupakan musim paling berat bagi orang Jepang karena mereka harus melawan suhu yang ekstrem. Musim ini pun berlangsung cukup lama, dari Desember hingga Februari. Pada musim ini, jika salju turun, jalanan menjadi berair dan licin. Mobil perlu memakai ban khusus agar tidak mudah tergelincir.
Di musim dingin ada yuki matsuri (festival salju) terbesar yang diadakan di Sapporo, Pulau Hokkaido. Wisatawan dari dalam dan luar negeri berdatangan ke festival yang berlangsung selama seminggu di awal Februari itu. Pada musim ini orang Jepang biasanya bermain ski, snowboard, dan membuat boneka salju. Saat musim dingin, udara menjadi kering. Hal itu dapat menyebabkan bibir dan kulit pecah.
Salah satunya yang terkenal di Jepang adalah Sapporo Yuki Matsuri dikota Hokkaido, yang merupakan festival musim dingin terbesar dijepang.Setiap tahunnya festival ini menarik kurang lebih 2 juta pengunjung baik dari dalam maupun luar negeri yang ingin menyaksikan ratusan patung salju dan pahatan es yang menghiasi dari Taman Odori, lapangan di Satoland, dan jalanan utama di Susukino. Selama 7 hari di bulan Februari mata kita akan dimanjakan oleh patung – patung salju dan ukiran es yang indah.
Festival ini pertama kali diadakan pada tahun 1950 oleh 6 orang siswa SMA yang mengadakan lomba pahat salju kecil – kecilan, semakin lama semakin banyak anak – anak yang berpartisipasi. Pada tahun 1955 pasukan beladiri Jepang ikut membantu membuatkan pahatan es raksasa
yang akhirnya membuat festival ini dikenal masyarakat luas. Tidak hanya pahatan es, dalam festival ini mereka juga bisa menikmati pertunjukkan music, kembang api, seluncuran es dan perang
bola salju beramai – ramai.
Indahnya Pemangan salju membuat saya kepengin sekali pergi ke jepang, melihat salju turun secara langsung. bermain salju. main sky hahaha
apalagi ketemu cewek cewek cantik kaya dibawah ^_^
Tapi asal jangan kejadian seperti ini ><
Apalagi sampe kaya gini
Menyambut Musim Salju di Jepang admin akan share beberapa foto foto musim salju
FUYU ( MUSIM DINGIN ) 冬 ; ふゆ
Ditandai dengan turunnya butir-
butir salju pertama di awal
Desember.
Di beberapa daerah
seperti Hokkaido di utara, suhu udara bisa mencapai -20 derajat celcius. Rata-rata aktivitas orang-
orang Jepang di musim dingin ini, adalah bermain ski, snowboard, dan es skating. Serta ONSEN / hot spring (Pemandian air panas). Musim dingin atau fuyu merupakan musim paling berat bagi orang Jepang karena mereka harus melawan suhu yang ekstrem. Musim ini pun berlangsung cukup lama, dari Desember hingga Februari. Pada musim ini, jika salju turun, jalanan menjadi berair dan licin. Mobil perlu memakai ban khusus agar tidak mudah tergelincir.
Di musim dingin ada yuki matsuri (festival salju) terbesar yang diadakan di Sapporo, Pulau Hokkaido. Wisatawan dari dalam dan luar negeri berdatangan ke festival yang berlangsung selama seminggu di awal Februari itu. Pada musim ini orang Jepang biasanya bermain ski, snowboard, dan membuat boneka salju. Saat musim dingin, udara menjadi kering. Hal itu dapat menyebabkan bibir dan kulit pecah.
Salah satunya yang terkenal di Jepang adalah Sapporo Yuki Matsuri dikota Hokkaido, yang merupakan festival musim dingin terbesar dijepang.Setiap tahunnya festival ini menarik kurang lebih 2 juta pengunjung baik dari dalam maupun luar negeri yang ingin menyaksikan ratusan patung salju dan pahatan es yang menghiasi dari Taman Odori, lapangan di Satoland, dan jalanan utama di Susukino. Selama 7 hari di bulan Februari mata kita akan dimanjakan oleh patung – patung salju dan ukiran es yang indah.
Festival ini pertama kali diadakan pada tahun 1950 oleh 6 orang siswa SMA yang mengadakan lomba pahat salju kecil – kecilan, semakin lama semakin banyak anak – anak yang berpartisipasi. Pada tahun 1955 pasukan beladiri Jepang ikut membantu membuatkan pahatan es raksasa
yang akhirnya membuat festival ini dikenal masyarakat luas. Tidak hanya pahatan es, dalam festival ini mereka juga bisa menikmati pertunjukkan music, kembang api, seluncuran es dan perang
bola salju beramai – ramai.
Indahnya Pemangan salju membuat saya kepengin sekali pergi ke jepang, melihat salju turun secara langsung. bermain salju. main sky hahaha
apalagi ketemu cewek cewek cantik kaya dibawah ^_^
Tapi asal jangan kejadian seperti ini ><
Apalagi sampe kaya gini
Tuesday, 2 December 2014
Sejarah Teh Poci Tegal dan Rasanya
SEJARAH TEH POCI
Tegal, kota yang posisi geografisnya di dataran rendah, sebenarnya tidak memiliki perkebunan teh. Namun, tradisi minum teh di daerah ini sangat kental dibandingkan dengan di kota lain yang juga berada di pesisir utara Jawa Tengah. Teh poci yang kita kenal saat ini rupanya sudah mengalami perjalanan panjang sejak dari sebelum masa penjajahan. Meski dalam sejarah kerap dijelaskan bahwa komoditi teh masuk ke Indonesia dibawa oleh kolonial pada masa tanam paksa, rupanya sejarah tidak hanya berhenti di sana.
Teh poci adalah salah satu buktinya. Berasal dari Tegal, teh ini kini memang telah menyebar ke berbagai kota di Pulau Jawa - terutama Jawa Tengah. Menurut antropolog Pande Made Kutanegara dalam tegalkota.go.id, budaya minum teh di Tegal ini sendiri dibawa oleh imigran dari Cina yang menetap di Tegal. Pada masa itu, Tegal memang merupakan salah satu kota besar yang menjadi pusat perdagangan dan memiliki pelabuhan besar. Tak heran banyak pedagang Cina yang kemudian menetap di sana. Budaya minum teh dari Cina yang diserap oleh masyarakat Tegal sebenarnya sekilas tampak dari cara penyajian teh poci. Penggunaan poci yang terbuat dari tanah liat merupakan salah satu cara membuat teh yang dikembangkan oleh Cina di daerah Yixing pada masa Dinasti Ming, ketika penggunaan balok dan bubuk teh digantikan oleh daun teh. Bentuk gelasnya yang asli pun berbeda dengan cangkir pada umumnya.
Gelas di teh poci berbentuk seperti mangkuk kecil dan juga terbuat dari tanah liat. Di Cina, penggunaan gelas yang berbentuk mangkuk kecil ini rupanya memiliki fungsi tersendiri, yaitu menyatukan aroma teh dan langsung dapat tercium oleh hidung. Otomatis ini menambah rasa dari teh itu sendiri. Seperti asalnya, di Tegal teh poci juga dibuat dengan cara memasukkan daun teh ke dalam poci, memenuhinya dengan air panas, dan menunggunya hingga aroma teh keluar. Namun untuk teh poci, biasanya dinikmat dengan gula batu yang disajikan di gelas-gelasnya sebagai pemanis.
Ada kepercayaan bahwa setelah menggunakannya untuk menyajikan teh, bagian dalam poci tidak pernah dicuci bersih, hanya dibuang daunnya. Menurut mereka, semakin tebal lapisan keraknya akan memberikan rasa yang semakin nikmat. Untuk rasa, teh poci tidak memiliki rasa yang sama dengan rasa teh Cina. Ini ada hubungannya dengan kehadiran kolonial dan sistem tanam paksanya. Ketika daerah Tegal dan sekitarnya digunakan untuk perkebunan teh, kolonial mengirim hasil teh yang berkualitas tinggi ke negaranya dan sisanya yang berkualitas rendah tidak digunakan. Daun-daun teh yang tidak terpakai ini digunakan oleh masyarakat untuk membuat teh. Kondisi itu membentuk selera konsumsi orang Tegal terhadap teh.
Dalam perkembangannya, teh di Tegal kemudian diolah dengan aroma bunga melati agar lebih enak dinikmati. Sejarah boleh membentuk selera. Yang jelas, selera terhadap cita rasa teh yang agak sepet itu justru membuka peluang bagi pengusaha untuk membuka pabrik teh di Tegal. Sekarang ini di Tegal ada empat pabrik teh besar yang menguasai pasar dalam negeri, yaitu teh 2 Tang, Teh Poci, Teh Tong Tji, dan Teh Gopek. Keempat pabrik teh itu berdiri hampir bersamaan, yaitu sekitar tahun 1940-an.
Kehadiran empat pabrik teh di Tegal, menurut Eko Handoko (34), generasi ketiga pemilik teh 2 Tang, karena posisi Tegal dekat dengan Pekalongan yang menjadi daerah perkebunan melati. Sebagian besar teh yang diproses di Tegal adalah teh beraroma bunga melati. Di wilayah Tegal sendiri sekarang sudah ada perkebunan bunga melati yang dikelola oleh masyarakat, yaitu di Desa Suradadi dan Sidoharjo.
Citra Tegal sebagai kota teh dimanfaatkan oleh keempat pabrik teh tersebut untuk berebut memasang logo pabrik mereka di setiap rumah makan. Sepanjang pengamatan, tidak ada warung makan yang tidak memasang logo teh 2 Tang, Teh Poci, Teh Tong Tji, atau Teh Gopek di warungnya. Bagi orang Tegal, teh bukan sekadar bahan baku untuk membuat minuman, melainkan juga memiliki fungsi lain, salah satunya adalah sebagai cendera mata. Ketika seseorang menggelar hajatan, bubuk teh dalam kemasan kecil, yaitu sebesar kotak korek api, dibagikan kepada tamu sebagai kenang-kenangan. Itulah bentuk cinta orang Tegal terhadap teh.
Tegal, kota yang posisi geografisnya di dataran rendah, sebenarnya tidak memiliki perkebunan teh. Namun, tradisi minum teh di daerah ini sangat kental dibandingkan dengan di kota lain yang juga berada di pesisir utara Jawa Tengah. Teh poci yang kita kenal saat ini rupanya sudah mengalami perjalanan panjang sejak dari sebelum masa penjajahan. Meski dalam sejarah kerap dijelaskan bahwa komoditi teh masuk ke Indonesia dibawa oleh kolonial pada masa tanam paksa, rupanya sejarah tidak hanya berhenti di sana.
Teh poci adalah salah satu buktinya. Berasal dari Tegal, teh ini kini memang telah menyebar ke berbagai kota di Pulau Jawa - terutama Jawa Tengah. Menurut antropolog Pande Made Kutanegara dalam tegalkota.go.id, budaya minum teh di Tegal ini sendiri dibawa oleh imigran dari Cina yang menetap di Tegal. Pada masa itu, Tegal memang merupakan salah satu kota besar yang menjadi pusat perdagangan dan memiliki pelabuhan besar. Tak heran banyak pedagang Cina yang kemudian menetap di sana. Budaya minum teh dari Cina yang diserap oleh masyarakat Tegal sebenarnya sekilas tampak dari cara penyajian teh poci. Penggunaan poci yang terbuat dari tanah liat merupakan salah satu cara membuat teh yang dikembangkan oleh Cina di daerah Yixing pada masa Dinasti Ming, ketika penggunaan balok dan bubuk teh digantikan oleh daun teh. Bentuk gelasnya yang asli pun berbeda dengan cangkir pada umumnya.
Gelas di teh poci berbentuk seperti mangkuk kecil dan juga terbuat dari tanah liat. Di Cina, penggunaan gelas yang berbentuk mangkuk kecil ini rupanya memiliki fungsi tersendiri, yaitu menyatukan aroma teh dan langsung dapat tercium oleh hidung. Otomatis ini menambah rasa dari teh itu sendiri. Seperti asalnya, di Tegal teh poci juga dibuat dengan cara memasukkan daun teh ke dalam poci, memenuhinya dengan air panas, dan menunggunya hingga aroma teh keluar. Namun untuk teh poci, biasanya dinikmat dengan gula batu yang disajikan di gelas-gelasnya sebagai pemanis.
Ada kepercayaan bahwa setelah menggunakannya untuk menyajikan teh, bagian dalam poci tidak pernah dicuci bersih, hanya dibuang daunnya. Menurut mereka, semakin tebal lapisan keraknya akan memberikan rasa yang semakin nikmat. Untuk rasa, teh poci tidak memiliki rasa yang sama dengan rasa teh Cina. Ini ada hubungannya dengan kehadiran kolonial dan sistem tanam paksanya. Ketika daerah Tegal dan sekitarnya digunakan untuk perkebunan teh, kolonial mengirim hasil teh yang berkualitas tinggi ke negaranya dan sisanya yang berkualitas rendah tidak digunakan. Daun-daun teh yang tidak terpakai ini digunakan oleh masyarakat untuk membuat teh. Kondisi itu membentuk selera konsumsi orang Tegal terhadap teh.
Dalam perkembangannya, teh di Tegal kemudian diolah dengan aroma bunga melati agar lebih enak dinikmati. Sejarah boleh membentuk selera. Yang jelas, selera terhadap cita rasa teh yang agak sepet itu justru membuka peluang bagi pengusaha untuk membuka pabrik teh di Tegal. Sekarang ini di Tegal ada empat pabrik teh besar yang menguasai pasar dalam negeri, yaitu teh 2 Tang, Teh Poci, Teh Tong Tji, dan Teh Gopek. Keempat pabrik teh itu berdiri hampir bersamaan, yaitu sekitar tahun 1940-an.
Kehadiran empat pabrik teh di Tegal, menurut Eko Handoko (34), generasi ketiga pemilik teh 2 Tang, karena posisi Tegal dekat dengan Pekalongan yang menjadi daerah perkebunan melati. Sebagian besar teh yang diproses di Tegal adalah teh beraroma bunga melati. Di wilayah Tegal sendiri sekarang sudah ada perkebunan bunga melati yang dikelola oleh masyarakat, yaitu di Desa Suradadi dan Sidoharjo.
Citra Tegal sebagai kota teh dimanfaatkan oleh keempat pabrik teh tersebut untuk berebut memasang logo pabrik mereka di setiap rumah makan. Sepanjang pengamatan, tidak ada warung makan yang tidak memasang logo teh 2 Tang, Teh Poci, Teh Tong Tji, atau Teh Gopek di warungnya. Bagi orang Tegal, teh bukan sekadar bahan baku untuk membuat minuman, melainkan juga memiliki fungsi lain, salah satunya adalah sebagai cendera mata. Ketika seseorang menggelar hajatan, bubuk teh dalam kemasan kecil, yaitu sebesar kotak korek api, dibagikan kepada tamu sebagai kenang-kenangan. Itulah bentuk cinta orang Tegal terhadap teh.
Saturday, 29 November 2014
Situs Semedo, Penemuan Terbaru Dunia Purba
Situs Semedo merupakan situs manusia purba yang relatif baru ditemukan.
Secara administratif situs ini terletak di Desa Semedo, kecamatan
Kedungbanteng, Kabupaten Tegal, Propensi Jawa Tengah.
Situs ini mulai dikenal sejak tahun 2005, ketika beberapa orang penduduk Desa Semedo – Dakri, Duman, Sunardi, Anshori – menemukan fosil-fosil binatang vertebrata di kawasan hutan Semedo, kemudian LSM Gerbang Mataram mengekspos temuan fosil-fosil binatang vertebrata dari hutan Semedo ke media cetak dan elektronik. Selanjutnya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tegal melaporkan temuan tersebut kepada Bupati Tegal, dan meminta kepada Balai Arkeologi Yogyakarta untuk melakukan penelitian. Mengingat temuan tersebut sangat penting dan dapat memberikan gambaran mengenai evolusi fauna dan lingkungan purba pada Kala Plestosen, khususnya di Kabupaten Tegal, maka Balai Arkeologi Yogyakarta segera melakukan peninjauan ke lokasi penemuan guna melakukan identifikasi temuan dan pengelolaan situs ke depannya.
Secara umum, hasil-hasil penelitian di Situs Semedo yang pernah dilakukan oleh BPSMP SANGIRAN dan Balai Arkeologi Yogyakarta hingga tahun 2013 antara lain :
a. Cakupan wilayah: distribusi lateral Situs Semedo mencakup wilayah sekitar 2,5 kilometer persegi, yang apabila dilakukan penelitian yang intensif lagi dapat mencakup wilayah yang lebih luas lagi.
b. Hasil pengamatan stratigrafi di daerah penelitian menunjukkan 2 komponen utama perlapisan batuan, yaitu lapisan tegalan yang secara intensif merupakan lapisan tanah hasil pelapukkan batuan dan batuan induk berupa lapisan pasir lateritik berwarna coklat kekuningan, keras, kompak.
c. Paleontologi: jenis-jenis fauna yang telah teridentifikasi meliputi Elephantidae (gajah purba), Bovidae (kerbau, sapi, banteng), Cervidae (sejenis rusa), Rhinoceros sp (badak), Suidae (babi), Hippopotamus sp (kuda nil), Canidae, Felidae, Hyaenidae, Chelonidae (penyu), Crocodilidae (buaya), dan Lamnidae (ikan hiu), kemudian sisa avertebrata meliputi phylum Ceolenterata, Echinodermata, dan moluska.
d. Arkeologi: telah ditemukan himpunan artefak litik di Situs Semedo berupa alat batu massif dan non-massif. Alat batu massif terdiri dari kapak penetak (chopping), kapak perimbas (chopper), kapak genggam (hand axe), batu berfaset (polyhedral), batu inti (core), dan batu pukul (percutor), sedangkan alat batu non-massif berupa alat serpih, serpih, serut, gurdi, serpihan non-intensional (analis: Indah Asikin Nurani, dan Sofwan Nurwidi). Bahan koral kersikan ini hanya ditemukan di Situs Semedo dan menjadi ciri utama situs ini, karena disitus-situs paleolitik yang lain belum pernah ditemukan bahan alat dari koral kersikan.
e. Paleoantropologi: telah ditemukan atap tengkorak Homo erectus dari awal Plestosen Tengah yang diperkirakan berumur 700.000 ribu tahun yang lalu, namun belum diketahui lokasi pengendapan aslinya.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dikatakan bahwa Situs Semedo adalah situs Kala Plestosen baru yang mampu menunjukkan potensi luar biasa bagi pemahaman evolusi lingkungan, fauna, manusia purba pada Kala Plestosen di Jawa.
(Source : kemendikbud)
PERBUKITAN Semedo terhampar sekitar 2,5 kilometer di baratdaya Desa Semedo. Di sanalah ragam fosil ditemukan. Situs itu berada di area terbuka hutan pohon jati antara desa dan bukit setinggi 148 meter di atas permukaan laut.
Area hutan itu masuk wilayah Perhutani Pemalang. Dalam perjalanan menuju ke lokasi itu, kita disuguhi pemandangan tegal yang ditanami tebu serta hamparan perbukitan di sisi selatan jalan. Jalan menuju ke sana masih diperbaiki.
Area perbukitan di semeedo memang tak tampak terikat dalam rentang sejarah evolusi manusia Jawa yang panjang. Namun jika merunut ke situs Sangiran dan fisiografi Pulau Jawa, Semedo merupakan bagian paling barat dari jajaran Pegunungan Serayu Utara dan daerah batas dengan jajaran Bogor, Jawa Barat. Daerah itu terdorong ke atas oleh gerakan geosinklinal Jawa bagian utara dan setelah melewati Kala Plestosen Bawah sekitar 1,8 juta tahun lalu tertutup endapan vulkanik.
Ada kemungkinan, bersama Cijulang, Prupuk, Bumiayu, dan Ajibarang, kawasan Semedo merupakan batas Pulau Jawa bagian timur pada akhir Kala Pliosen, ketika Jawa Tengah dan Jawa Barat masih berada di bawah laut sekitar 2,4 juta tahun lalu.
Gambaran itu menjelaskan, Semedo adalah ladang kehidupan bersejarah. Kini, Semedo terbuka luas bagi para peneliti dalam dan luar negeri untuk mengkaji lebih lanjut. Semedo siap menjadi laboratorium arkeologi dunia. Masih banyak misteri tersimpan di perbukitan Semedo.
Semedo merupakan nama desa sekaligus perbukitan yang menyatu dengan Pegunungan Serayu Utara di Kecamatan Kedungbanteng, 30 kilometer sebelah timur kota Slawi atau 20 kilometer dari Suradadi, Kabupaten Tegal. Semedo semula hanya sebuah desa biasa. Sebagian besar penduduknya petani. Mereka membuka lahan perbukitan untuk bercocok tanam. Tahun 2005, Dakri (58), petani dan pencari kayu bakar dari Semedo, menemukan batu menyerupai tulang seperti kaki gajah. Dia menempatkan batu itu sebagai hiasan di teras rumah. "Setelah itu makin banyak yang menemukan batuan berbentuk tulang di Semedo," kata Dakri.
Penduduk yang menemukan fosil sejenis antara lain Duman, Sunardi, dan Ansori. Dakri menuturkan saat menemukan tulang-belulang mereka tak tahu itu fosil. Tulang-belulang itu berat dan besar.
Makin hari kian banyak tulang ditemukan. Tulang yang diyakini sebagai fosil binatang purba itu digeletakkan begitu saja di sekitar rumah mereka. Mei 2011 ditemukan fosil manusia purba jenis <I>Homo Erectus<P>. Dakri menemukan fosil itu di aliran Sungai Kawi, Semedo. Fosil yang ditemukan berupa kepingan tengkorak, yang diperkirakan sisa peninggalan Kala Pleistosen Tengah 700.000 tahun lalu. Ditemukan pula fosil binatang purba seperti tulang gajah, babi, macan, dan ikan hiu.
Fosil-fosil itu diperkirakan dari binatang purba, seperti Mastodon sp, Stegodon sp, Elephas sp (gajah purba), Rhinoceros sp (badak), Hippopotamus sp (kuda nil), Cervidas (sejenis rusa), Suidae (sejenis babi), Bovidae (sapi, kerbau, banteng), yang hidup antara 1,2 juta dan 0,4 juta tahun lalu di Semedo.
Melengkapi temuan fosil, di lokasi tersebut juga ditemukan kapak penetak (chopping tool), serpih (flake), serut (scrapper), tatal/limbah (ebris). Ada juga batu yang digunakan sebagai alat, antara lain jenis batu rijang (chert), batu gamping kersikan (silisifide limestone), dan batu kalsedon.
Penemuan itu tentu menguatkan bahwa Semedo dulu tak hanya ditinggali binatang purba, tetapi hidup juga manusia purba. Bukit itu pun menjadi bukti nyata ada leluhur manusia pada zaman dahulu. Temuan itu menjadi bahan penelitian untuk mengungkap kehidupan manusia purba yang berperadaban tinggi dengan bukti alat berburu yang tergolong modern pada zamannya.
RENCANA PEMBANGUNAN SITUS SEMEDO
Museum manusia purba Semedo di Desa Semedo, Kacamatan Kedung Banteng, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah, akan dibangun pada 2015. Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Tegal membangun museum itu di atas tanah seluas 1,5 hektar dengan anggaran Rp 5 miliar.
Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Harry Widianto mengatakan, fosil yang ditemukan di Semedo mencapai ribuan dan artefak sekitar 400 buah. Fosil dan artefak itu sudah saatnya dipajang di museum yang layak sehingga dapat bercerita dan terpelihara.
Fosil dan artefak di Semedo ditemukan sejak tahun 2005. Warga terus menemukan jejak manusia purba. Beberapa hari lalu, warga menemukan rahang babi hutan. Untuk sementara, koleksi itu ditampung di rumah Dakhri, salah seorang warga di Semedo.
Persebaran manusia purba
Dalam buku Nafas Sangiran Nafas Situs Semedo (2011), Harry menuliskan, situs dengan diameter mencapai 3,5 kilometer itu menggambarkan persebaran manusia purba di wilayah barat Jawa Tengah. Semedo merupakan bagian paling barat dari jajaran pegunungan Serayu Utara dan merupakan daerah batas dengan jajaran Bogor di Jawa Barat.
Daerah itu terdorong ke atas oleh gerakan geosinklinal Pulau Jawa bagian utara yang setelah melewati Kala Plestosen Bawah sekitar 1,8 juta tahun lalu lantas tertutup endapan vulkanik.
Sebelum ditemukan fosil di Semedo pada 2005, orang mengenal manusia purba Homo erectus hanya ada di wilayah timur Jawa Tengah dan Jawa Timur, seperti Sangiran, Trinil, dan Trowulan. Pada 2011, ditemukan tengkorak di daerah Semedo. Fauna yang ditemukan pun menunjukkan usia sangat tua, melebihi yang ada di Sangiran.
Yusuf Efendi, pamong budaya Kemdikbud di Kabupaten Tegal, mengatakan, dunia harus berterima kasih kepada para penemu fosil di Semedo, yakni Dakhri, Duman, Sunardi, dan Ansori. Mereka yang mulanya menemukan fosil dan artefak pada 2005 saat mencari kayu bakar di bukit Semedo. Dakhri pula yang menemukan tengkorak Homo erectus pada 2011.
(sumber gambar dari google)
Tanggapan saya
Tentunya saya sebagai warga tegal merasa bangga dengan adanya situs semedo ini, karena disaat para ilmuan dunia kebingungan mencari data untuk penelitian selanjutnya. Tegal dengan hadirnya Semedo ini menjadi tujuan penelitian ilmuan dari seluruh dunia. Saya berharap semoga pembangunan situs ini lancar dan dengan hadirnya Situs semdo ini semoga bisa bermanfaat untuk warga Tegal khususnya. dan Warga Negara Indonesia pada umumnya.
Situs ini mulai dikenal sejak tahun 2005, ketika beberapa orang penduduk Desa Semedo – Dakri, Duman, Sunardi, Anshori – menemukan fosil-fosil binatang vertebrata di kawasan hutan Semedo, kemudian LSM Gerbang Mataram mengekspos temuan fosil-fosil binatang vertebrata dari hutan Semedo ke media cetak dan elektronik. Selanjutnya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tegal melaporkan temuan tersebut kepada Bupati Tegal, dan meminta kepada Balai Arkeologi Yogyakarta untuk melakukan penelitian. Mengingat temuan tersebut sangat penting dan dapat memberikan gambaran mengenai evolusi fauna dan lingkungan purba pada Kala Plestosen, khususnya di Kabupaten Tegal, maka Balai Arkeologi Yogyakarta segera melakukan peninjauan ke lokasi penemuan guna melakukan identifikasi temuan dan pengelolaan situs ke depannya.
Secara umum, hasil-hasil penelitian di Situs Semedo yang pernah dilakukan oleh BPSMP SANGIRAN dan Balai Arkeologi Yogyakarta hingga tahun 2013 antara lain :
a. Cakupan wilayah: distribusi lateral Situs Semedo mencakup wilayah sekitar 2,5 kilometer persegi, yang apabila dilakukan penelitian yang intensif lagi dapat mencakup wilayah yang lebih luas lagi.
b. Hasil pengamatan stratigrafi di daerah penelitian menunjukkan 2 komponen utama perlapisan batuan, yaitu lapisan tegalan yang secara intensif merupakan lapisan tanah hasil pelapukkan batuan dan batuan induk berupa lapisan pasir lateritik berwarna coklat kekuningan, keras, kompak.
c. Paleontologi: jenis-jenis fauna yang telah teridentifikasi meliputi Elephantidae (gajah purba), Bovidae (kerbau, sapi, banteng), Cervidae (sejenis rusa), Rhinoceros sp (badak), Suidae (babi), Hippopotamus sp (kuda nil), Canidae, Felidae, Hyaenidae, Chelonidae (penyu), Crocodilidae (buaya), dan Lamnidae (ikan hiu), kemudian sisa avertebrata meliputi phylum Ceolenterata, Echinodermata, dan moluska.
d. Arkeologi: telah ditemukan himpunan artefak litik di Situs Semedo berupa alat batu massif dan non-massif. Alat batu massif terdiri dari kapak penetak (chopping), kapak perimbas (chopper), kapak genggam (hand axe), batu berfaset (polyhedral), batu inti (core), dan batu pukul (percutor), sedangkan alat batu non-massif berupa alat serpih, serpih, serut, gurdi, serpihan non-intensional (analis: Indah Asikin Nurani, dan Sofwan Nurwidi). Bahan koral kersikan ini hanya ditemukan di Situs Semedo dan menjadi ciri utama situs ini, karena disitus-situs paleolitik yang lain belum pernah ditemukan bahan alat dari koral kersikan.
e. Paleoantropologi: telah ditemukan atap tengkorak Homo erectus dari awal Plestosen Tengah yang diperkirakan berumur 700.000 ribu tahun yang lalu, namun belum diketahui lokasi pengendapan aslinya.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dikatakan bahwa Situs Semedo adalah situs Kala Plestosen baru yang mampu menunjukkan potensi luar biasa bagi pemahaman evolusi lingkungan, fauna, manusia purba pada Kala Plestosen di Jawa.
(Source : kemendikbud)
PERBUKITAN Semedo terhampar sekitar 2,5 kilometer di baratdaya Desa Semedo. Di sanalah ragam fosil ditemukan. Situs itu berada di area terbuka hutan pohon jati antara desa dan bukit setinggi 148 meter di atas permukaan laut.
Area hutan itu masuk wilayah Perhutani Pemalang. Dalam perjalanan menuju ke lokasi itu, kita disuguhi pemandangan tegal yang ditanami tebu serta hamparan perbukitan di sisi selatan jalan. Jalan menuju ke sana masih diperbaiki.
Area perbukitan di semeedo memang tak tampak terikat dalam rentang sejarah evolusi manusia Jawa yang panjang. Namun jika merunut ke situs Sangiran dan fisiografi Pulau Jawa, Semedo merupakan bagian paling barat dari jajaran Pegunungan Serayu Utara dan daerah batas dengan jajaran Bogor, Jawa Barat. Daerah itu terdorong ke atas oleh gerakan geosinklinal Jawa bagian utara dan setelah melewati Kala Plestosen Bawah sekitar 1,8 juta tahun lalu tertutup endapan vulkanik.
Ada kemungkinan, bersama Cijulang, Prupuk, Bumiayu, dan Ajibarang, kawasan Semedo merupakan batas Pulau Jawa bagian timur pada akhir Kala Pliosen, ketika Jawa Tengah dan Jawa Barat masih berada di bawah laut sekitar 2,4 juta tahun lalu.
Gambaran itu menjelaskan, Semedo adalah ladang kehidupan bersejarah. Kini, Semedo terbuka luas bagi para peneliti dalam dan luar negeri untuk mengkaji lebih lanjut. Semedo siap menjadi laboratorium arkeologi dunia. Masih banyak misteri tersimpan di perbukitan Semedo.
Semedo merupakan nama desa sekaligus perbukitan yang menyatu dengan Pegunungan Serayu Utara di Kecamatan Kedungbanteng, 30 kilometer sebelah timur kota Slawi atau 20 kilometer dari Suradadi, Kabupaten Tegal. Semedo semula hanya sebuah desa biasa. Sebagian besar penduduknya petani. Mereka membuka lahan perbukitan untuk bercocok tanam. Tahun 2005, Dakri (58), petani dan pencari kayu bakar dari Semedo, menemukan batu menyerupai tulang seperti kaki gajah. Dia menempatkan batu itu sebagai hiasan di teras rumah. "Setelah itu makin banyak yang menemukan batuan berbentuk tulang di Semedo," kata Dakri.
Penduduk yang menemukan fosil sejenis antara lain Duman, Sunardi, dan Ansori. Dakri menuturkan saat menemukan tulang-belulang mereka tak tahu itu fosil. Tulang-belulang itu berat dan besar.
Makin hari kian banyak tulang ditemukan. Tulang yang diyakini sebagai fosil binatang purba itu digeletakkan begitu saja di sekitar rumah mereka. Mei 2011 ditemukan fosil manusia purba jenis <I>Homo Erectus<P>. Dakri menemukan fosil itu di aliran Sungai Kawi, Semedo. Fosil yang ditemukan berupa kepingan tengkorak, yang diperkirakan sisa peninggalan Kala Pleistosen Tengah 700.000 tahun lalu. Ditemukan pula fosil binatang purba seperti tulang gajah, babi, macan, dan ikan hiu.
Fosil-fosil itu diperkirakan dari binatang purba, seperti Mastodon sp, Stegodon sp, Elephas sp (gajah purba), Rhinoceros sp (badak), Hippopotamus sp (kuda nil), Cervidas (sejenis rusa), Suidae (sejenis babi), Bovidae (sapi, kerbau, banteng), yang hidup antara 1,2 juta dan 0,4 juta tahun lalu di Semedo.
Melengkapi temuan fosil, di lokasi tersebut juga ditemukan kapak penetak (chopping tool), serpih (flake), serut (scrapper), tatal/limbah (ebris). Ada juga batu yang digunakan sebagai alat, antara lain jenis batu rijang (chert), batu gamping kersikan (silisifide limestone), dan batu kalsedon.
Penemuan itu tentu menguatkan bahwa Semedo dulu tak hanya ditinggali binatang purba, tetapi hidup juga manusia purba. Bukit itu pun menjadi bukti nyata ada leluhur manusia pada zaman dahulu. Temuan itu menjadi bahan penelitian untuk mengungkap kehidupan manusia purba yang berperadaban tinggi dengan bukti alat berburu yang tergolong modern pada zamannya.
RENCANA PEMBANGUNAN SITUS SEMEDO
Museum manusia purba Semedo di Desa Semedo, Kacamatan Kedung Banteng, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah, akan dibangun pada 2015. Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Tegal membangun museum itu di atas tanah seluas 1,5 hektar dengan anggaran Rp 5 miliar.
Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Harry Widianto mengatakan, fosil yang ditemukan di Semedo mencapai ribuan dan artefak sekitar 400 buah. Fosil dan artefak itu sudah saatnya dipajang di museum yang layak sehingga dapat bercerita dan terpelihara.
Fosil dan artefak di Semedo ditemukan sejak tahun 2005. Warga terus menemukan jejak manusia purba. Beberapa hari lalu, warga menemukan rahang babi hutan. Untuk sementara, koleksi itu ditampung di rumah Dakhri, salah seorang warga di Semedo.
Persebaran manusia purba
Dalam buku Nafas Sangiran Nafas Situs Semedo (2011), Harry menuliskan, situs dengan diameter mencapai 3,5 kilometer itu menggambarkan persebaran manusia purba di wilayah barat Jawa Tengah. Semedo merupakan bagian paling barat dari jajaran pegunungan Serayu Utara dan merupakan daerah batas dengan jajaran Bogor di Jawa Barat.
Daerah itu terdorong ke atas oleh gerakan geosinklinal Pulau Jawa bagian utara yang setelah melewati Kala Plestosen Bawah sekitar 1,8 juta tahun lalu lantas tertutup endapan vulkanik.
Sebelum ditemukan fosil di Semedo pada 2005, orang mengenal manusia purba Homo erectus hanya ada di wilayah timur Jawa Tengah dan Jawa Timur, seperti Sangiran, Trinil, dan Trowulan. Pada 2011, ditemukan tengkorak di daerah Semedo. Fauna yang ditemukan pun menunjukkan usia sangat tua, melebihi yang ada di Sangiran.
Yusuf Efendi, pamong budaya Kemdikbud di Kabupaten Tegal, mengatakan, dunia harus berterima kasih kepada para penemu fosil di Semedo, yakni Dakhri, Duman, Sunardi, dan Ansori. Mereka yang mulanya menemukan fosil dan artefak pada 2005 saat mencari kayu bakar di bukit Semedo. Dakhri pula yang menemukan tengkorak Homo erectus pada 2011.
(sumber gambar dari google)
Tanggapan saya
Tentunya saya sebagai warga tegal merasa bangga dengan adanya situs semedo ini, karena disaat para ilmuan dunia kebingungan mencari data untuk penelitian selanjutnya. Tegal dengan hadirnya Semedo ini menjadi tujuan penelitian ilmuan dari seluruh dunia. Saya berharap semoga pembangunan situs ini lancar dan dengan hadirnya Situs semdo ini semoga bisa bermanfaat untuk warga Tegal khususnya. dan Warga Negara Indonesia pada umumnya.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Populer Minggu Ini
-
Pernahkah kamu memperhatikan dalam setiap menu kamera digital terdapat tampilan seperti F/3,5 atau ISO 1600 atau pun 1/125. 3 hal i...
-
Copyright biasa ditulis © meruapakan hal yang penting guna menunjukan dan menjaga hak cipta suatu karya ide atau pemikiran original seseoran...
-
Kamera, seiring dengan perkembangan teknologi semakin banyak pula inovasi yang ada, dari berbagai macam bentuk dan kegunaan. dimulai dari ta...
-
Tentunya kita sudah tidak asing lagi dengan istilah Full frame atau pun APS-C pada sebuah kamera digital, tapi tahukah kamu apa itu Full fr...
-
Favicon atau logo blog adalah sebuah elemet penting bagi blog yang menandakan identitas blog. nah kali ini saya akan sedikit membagi cara m...
-
Hai Sobat Blogger kembali lagi bersana Haranobu Chikanatsu Blog yang akan menbagikan Tips dan Tutorial, kali ini berkaitan dengan facebook d...
-
Ohayou gozaimasu!!! waaaaaaaa~ entah kenapa lagi semangat bikin postingan blog. di pagi yang dingin ini, *brrrrrrrrrrrrrrrr* seperti bias...
-
Sebagai seorang blogger kita pastinya selalu mencari informasi guna mempercantik tampilan blog kita, salah satunya dengan membuat text terte...
-
1. Guci Indah Guci Indah adalah Objek wisata yang berada di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal. Memiliki luas 210 Ha, terle...
-
S elamat sore semua kembali lagi bersama saya di tutorial by haranobu blog. pada kesempatan sore ini saya akan bagi2 info nih, tentang cara ...